KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
A. Sejarah
Masuknya Islam di Indonesia
Negara Indonesia mengikhtisarkan asal kedatangan Islam
menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai
datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang india muslim
pada sekitar abad ke-13 M. kedua, teori makkah. Islam dipercaya tiba di
Indonesia langsung dari timur tengah melalui jasa para pedagang arab muslim
sekitar abad ke-7 M.ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran
para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum
ke nusantara sekitar abad ke-13 M.melalui kesultanan tidore yang juga menguasai
tanah papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah
mencapai semenanjung onin di kabupaten fakfak, papua barat, Hamka berpendapat
bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan
kelompok bangsa arab yang telah bermukim di pantai barat Sumatra.
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama hijriah
atau 7 masehi, meskipun dalamfrekuensi tidak terlalu besar hanya melalui
perdagangan dengan para pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk
singgah untuk beberapa waktu. Islam
masuk ke indonesia melalui beberapa saluran antara lain sebagai berikut:
1.
Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi
adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga
ke-16 M membuat pedagangan-pedangan muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil
bagian dalam perdangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur
benua asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan
mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
2.
Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim
memiliki status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga
penduduk pribumu terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri
saodagar-saodagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah
mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul
kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam
perkembangan berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam terlebih dahulu.
3.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar Tasawuf atau para
sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah di kenal luas
oleh masyarakat Indonesia. Diantara ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuruh di Aceh, Syaik Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4.
Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang di selenggarakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama,
guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwa ke tempat tertentu
mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di
Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri.
5.
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang
paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih di petik dari cerita
Mahabharata dan Ramayana, tetapi didalam cerita itu disisipkan ajaran dan
nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan adalah Islamisasi,
seperti sastra (hikayat, badad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
6.
Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan,
kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Kebangkitan
Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan.
Pengetahuan mereka akan kemiskinan,
kebodohan, dan ketertindasan masyarakat Indonesia, pada saatnya mendorong
lahirnya organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Selebes, dan lain sebagainya.
B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam
1. Masa Kolonial Belanda
Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H.
Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulam Mei 1912 kepada HOS
Tjakroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang
geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasinalisme Indonesia, SI pada
dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari
berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu, ideologi bangsa
memang belum beragam, semua bertekat ingin mencapai kemerdekaan. Tjokroaminoto
dalam pidatonya pada Kongres Nasional Sarekat Islam yang berjudul “Zulfbetuur”
tahun 1916 di Bandung mengatakan:
Tidak pantas lagi Hindia di perintah oleh negeri Belanda,
bagaikan tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya. Tidak pada tempatnya,
menganggap Hindia sebagai seekor sapi perahan yang hanya diberi makan demi
susunya. Tidaklah pantas, untuk menganggap negeri ini sebagai tempat kemana
orang berdatangan hanya untuk memperoleh keuntungan dan sekarang sudah tidak
pada tempatnya lagi bahwa penduduknya, terutama anak negerinya sendiri, tidak
mempunyai hak turut bicara dalam soal-soal pemerintahan yang mengatur nasib mereka
Demikianlah SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi
penduduk Indonesia, bebas dari pemerintahan Belanda. Namun demikian, dalam
perjalanan sejarahnya, dikalangan tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi
pergerakan, mulai terjadi perbedaan-perbedaan taktik dan program; golongan
revolusioner berhadapan dengan golongan moderat; dan politik koperasi tidak
sejalan dengan politik non-koperasi dan dilakukan oleh golongan tertentu.
Puncak perbedaan itu terjadi didalam tubuh SI sendiri, yang memunculkan kekuatan
baru dengan ideologinya sendiri, komonisme.
Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap perpecahan
itu. Mereka kecewa lagi, karena perpecahan itu bukan saja menunjukkan perbedaan
taktik, tapi lebih itu, masing-masing golongan semakin mempertegas ideologinya.
Sejak itu, SI dengan tegasnya menyatakan ideologi Islamnya. Nasionalisme yang
dikembangkannya adalah nasionalisme yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam.
‘…
perpecahan antara ketiga golongan tersebut, menurut Abuddin, disebabkan oleh
pendidikan yang mereka terima bersifat barat. Pendidikan Belanda memang
diusahakan agar menimbulkan antisipasi dari agama kalangan pelajar, …
Perpecahan itu lebih merupakan
kelanjutan wajar dari latar belakang budaya masyarakat, terutama Jawa. Proses Islamisasi
damai di Indonesia, dengan ajaran Islam dan nilai-nilai budaya.
Usaha-usaha untuk mempersatukan kembali
partai-partai politik dengan aliran-aliran ideologi itu, meskipun dalam benuk
federasi, selalu berakhir dengan kegagalan. Sementara itu, konflik ideologi
terus berkembang dan kadang-kadang mengeras. Ada pula yang mempertanyakaan
lembaga-lembaga Islam, seperti poligami, dan ibadah haji. Tuduhan lain, Islam
Arab merupakan suatu bentuk imperialisme yang tidak kalah jeleknya dari Belanda.
Di awal tahun 1940an, Soekarno yang
pernah mendalami ajaran Islam, mencoba mendamaikan konflik-konflik itu dengan
berusaha mengutip pendapat pemikir-pemikir pembaharu di negara-negara Islam
timur tengah, termasuk Turki. Namun, konsep politik Islamnya lebih banyak
merupakan penerapan sekularisme, sebagaimana yang di praktekkan oleh Kemal
Attaturk di Turki.
2. Masa Pendudukan
Jepang
Kemunduran
progresif yang dialami oleh partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya
kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha
mengakomodasi dua kekuatan.
Jepang kemudian menjanjikan kemenrdekaan
Indonesia dengan mengeluarkan maklumat Gunseikan No. 23/29 April 1945, tentang
pembentukan badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya, yang kalangan Islam mendapat
pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI di dominasi oleh golongan
nasionalis “Sekular”, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan.
Didalam badan inilah, Sukarno mencetuskan ide pancasilanya.
Setelah itu, dialog resmi ideologis antara dua golongan
terjadi dengan terbuka dalam suatu forum. Panitia sembilan, semacam sebuah
komisi dari forum itu, membahas hal-hal yang sangat mendasar, preambul UUD.
Lima orang mewakili golongan nasionalis “Sekular” (Sukarno, Muh.Hatta, Muh.
Yamin, Maramis dan Subardjo) dan empat orang lainnya mewakili Islam (Abdul
Kahar Muzakkir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso). Kompromi
yang dihasilkan panitia ini kelak dikenal sebagai piagam Jakarta. Pada prinsip
ketuhanan terdapat anak kalimat dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Islam Indonesia
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki
corak kebudayaan yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi
yang meluruskan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang.bentuk
budaya sebagai hasil dari proses akulturasi. Sedikit memberikan uraian berikut
ini yaitu:
1.
Seni Bangunan, wujud akulturasi dalam seni bangunan
dapat dilihat dari bangunan masjid, makam, istana.
2.
Seni Rupa, tradisi Islam tidak menggambarkan
bentuk manusia/ hewan. Seni ukui relief yang menghias masjid, makam Islam
berupasaluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula sinkretisme, agar dapat
keserasian.
3.
Aksara dan Seni Sastra, tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai
mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan arab melayu atau biasa dikenal
dengan istilah arab gundul.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam
seni sastra tersebut terlihat dari tulisan atauaksara yang dipergunakan yaitu
menggunakan huruf arab melayu (arab gundul) dan isi ceritanya juga ada yang
mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman hindu.Kesimpulan :
Ahmad Mansur Surya negara mengikhtisarkan asal kedatangan Islam
menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai
datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang india muslim
pada sekitar abad ke-13 M. kedua, teori makkah, Islam dipercaya tiba di
Indonesia langsung dari timur tengah melalui jasa para pedagang arab muslim
sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia, Islam tiba di Indonesia melalui
peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat
sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.
Islam masuk ke Indonesia melalui Saluran Perdagangan, Saluran
Perkawinan, Saluran Tasawuf, Saluran Pendidikan, Saluran Kesenian dan Saluran
Politik.
sumber :
http://anthyscrub.blogspot.com/2013/11/makalah-kebudayaan-islam-di-indonesia_10.html
{ 0 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
Tambahkan Komentar Anda